Sabtu, Februari 09, 2008

Jam Lembur Gila

Inilah takdir jadi auditor, kurasa. Harus tahan lembur gila-gilaan.



Jam 12 malam, dan ini baru balik dari kantor klien. Lelah ... Sangat lelah. Tapi inilah resiko profesi. Hahaha ... Resiko profesi, coy. Padahal sekarang lagi demam. flu, nyampur semua. Tapi the show must go on. Pertempuran belum selesai, maka para prajurit tidak boleh meninggalkan medan tempur.

Kantor Akuntan Publik salah sih. Harusnya saat mereka merekrut auditor, harus ada tambahan kriteria gini:
...
5. Pekerja keras. Tahan banting. Sanggup lembur 7x24 jam.

Masalah lembur ini sih, yang banyak bikin teman-teman mikir ulang untuk jadi auditor.

Semalam juga, waktu YM2an sama monk, dia juga bilang gak mau jadi auditor karena lembur.
Turangku, si Henny juga pernah bilang, gak mau jadi auditor karena gak tahan lembur.

Kalo auditor lembur sih, biasa. Sekarang ini, untuk mengejar deadline yang nyaris deadend, kami lembur gila-gilaan. Wajar sih. Widi (Grant Thornton) juga cerita bagaimana mereka lembur sampai pagi waktu ngaudit salah satu BUMN. Maria (Deloitte) juga tadi sms kalau dia dipanggil lembur dadakan ke kantor, sampai mandi di kantor (kau gantinya dalemanmu, mar?). David (Ernst & Young) juga sering online sabtu dan minggu, lembur (jangan chatting mlulu, vid).

Nah, bagi teman-teman, kalau gak sanggup lembur, you must reconsider to be an auditor. Aku sendiri sih gak keberatan lembur, asal lemburnya dibayar. Ha3x. Dan untuk ini, aku harus berterimakasih kepada bosku. Lemburku bulan lalu yang 80 jam lebih itu, dibayar penuh. Grazias, boss !

Tidak ada komentar: